Minggu, 24 Mei 2015

pengenalan serangga dari berbagai ordo





 




 




 





PENGENALAN SERANGGA DARI BERBAGAI ORDO
 (Laporan Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman)






Oleh

Ade Sulistiono
1404122001







UNILA3.JPG








JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015
 



 




 




I.  PENDAHULUAN




 




 




1.1   Latar Belakang




 




Perlindungan tanaman merupakan segala upaya untuk mencegah kerugian pada usaha budidaya tanaman, yang diakibatkan oleh pengganggu tanaman. Serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini yang jumlahnya kira-kira 50% dari jumlah populasi mahluk hidup di bumi. Dalam jumlah mereka melebihi hewan melata daratan lainnya praktis mereka terdapat di mana-mana. Adapun cara serangga merusak inangnya bervariasi, biasanya berkaitan erat dengan tipe  mulut dan kehidupannya





Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos (perisai) dan pteron (sayap), berarti insekta bersayap perisai.  Serangga ini dinamakan demikian karena sayap luarnya mengeras seperti seludang sedangkan sayap di dalam yang tertutup tipis seperti membrane. Mulut pada tipe serangga ini adalah menggigit dan mengunyah. Makanan imago dan larvanya berbeda, umumnya serangga dewasa memakan hewan dan tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati sedangkan larvanya memakan kompos batang dan akar pohon. Ordo ini berkembang biak dengan cara holometabola atau sempurna. Dari seluruh kelas anggota serangga 40%nya merupakan ordo coleopteran yang terdiri dari 250 spesies lebih. Dalam ordo ini banyak yang bertindak sebagai hama dan ada juga yang menjadi predator larva hama. Beberapa family dari ordo ini adalah dynastidae, melolonthidae, rutelidae, lampyridae, coccinellidae, curculionidae, histeridae, cerambycidae dan scolytidae  (Rioardi, 2009).




 




Hemiptera berasal dari kata Hemi (setengah) dan ptera (sayap). Berarti sayap serangga dalam ordo ini setengah tebal dan setengahnya lagi tipis sayap seperti ini biasa disebut hemelytra, ordo ini dibagi menjadi dua subordo yaitu cryptocerata dan gymnocerata. Yang termasuk heteroptera biasanya serangga yang pasangan sayap mukanya pada bagian dasarnya menebal dan bagian ujungnya tipis seperti membrane. Serangga pada ordo Hemiptera memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan. Serangga ini mengalami metamorfosis tidak sempurna dan mempunyai tipe mulut mandibulata yaitu menusuk atau menghisap. Contoh serangga dari ordo Hemiptera adalah kepik hijau (Nezara Virindula), assassin bug (Arilus Cristatus), kutu hijau (Coccus viridis), kutu apis (Aphis sp.), dan water giant bug (Aposus japonicas).




 




Kata lepidoptera berasal dari bahasa yunani yaitu lepidos (sisik) dan ptera (sayap). Jadi, serangga yang mempunyai sayap yg bersisik. Ukuran serangga ini ada yang kecil dan ada yang besar. Jumlah sayapnya empat buah dan tertutup sisik. Badan dan kakinya juga tertutup sisik. Antenanya ada yang seperti sikat dan ada yang seperti benang. Bagian mulutnya dilengkapi dengan alat menggigit dan pengisap seperti belalai yang disebut proboscis..serangga dewasanya mempunyai sayap yang menutupi tubunya jika istirahat (Heterocera), ada juga yang sayapnya tegak lurus diatas badannya (Rhopalocera). Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan atau pengisap madu atau nektar. Sayapnya terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut mandibulata. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur  > larva  > kepompong  > dewasa (Saputra, 2001). 




 




 




1.2   Tujuan




 




Adapun tujuan yang akan di capai pada praktikum ini adalah :




1.  Mengetahui jenis serangga Ordo Coleoptera, Hemiptera, Lepidoptera




2.  Mengetahui bagian-bagian dari serangga




3.  Mengetahui fungsi serangga




 




 




 




 




 




 




 




 




 




II.  METODOLOGI PRAKTIKUM




 




 




2.1  Alat dan Bahan




 




Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan metris, pena/pensil, buku, mikroskop, dan kertas HVS.




 




Sedangkan bahan yangdigunakan adalah kumbang tanduk, kumbang moncong, xystocera festiva, batocera sp, kepik pembunuh, kepik penghisap buah kakao, kupu-kupu gajah, ulat artona.




 




 




2.2  Cara kerja




 




Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :




1.  Mengamati serangga yang telah disiapkan




2.  Menggambar serangga yang telah diamati




3.  Menulis dan menjelaskan bagian-bagian serangga pada kertas HVS




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




III.   HASIL DAN PEMBAHASAN




 




 




3.1  Hasil




 




Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :







No



Gambar



Keterangan







 



 



 







 



 



 







 



 



 







 



 



 







 



 



 







 



 



 







 



 



 







 



 



 







3.2   Pembahahasan




 




3.2.1  kumbang tanduk (oryctes rhinoceros)




 




Kingdom         : Animalia




Phylum            : Arthropoda




Class                : Insecta




Ordo                : Coleoptera




Family             : Scarabaeidae




Genus              : Oryctes




Species            : Oryctes rhinoceros L.




 




Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama yang utama menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman (Susanto, 2005)




Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal peremajaan (Purba. 2005).




Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009)




Oryctes Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa. Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang.. Kumbang dewasa terbang ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat, kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa Oryctes (Anonim, 1989)




 




3.2.2  Kumbang Moncong




 







Kerajaan:



Animalia







Filum:



Arthropoda







Kelas:



Insecta







Ordo:



Coleoptera







Famili:



Curculionidae







Genus:



Rhynchophorus







 




Kumbang moncong termasuk famili curculionidae. Kata curculionidae berasal dari bahasa Latin, yaitu curculio yang artinya kumbang yang mulutnya panjang (moncong). Semua jenis kumbang yang mulutnya panjang disebut kumbang bermoncong. Jenis kumbang ini ada yang berukuran kecil dan ada pula yang berukuran besar. Kepalanya memanjang dengan moncong yang dapat berubah-ubah panjang, lebar dan bentuknya. Umumnya kumbang ini keras dengan warna yang redup dan mengkilap. Tekstur badannya ada yang halus, berkeru-kerut, beralur, bertitik-titik, bersisik, atau berambut. Bentuknya ada yang oval memanjang atau silindris dan biasanya seperti semut.




Larvanya besar, melengkung, serta tidak berkaki. Badannya ada yag halus dan ada yang berkerut. Dewasa maupun larvannya memakan tanaman. Ada yang memakan akar, batang, daun, buah dan biji. Pupanya dibungkus dengan kepompong yang terbuat dari serat-serat tanaman inang atau sutra yang dikeluarkan dari anus. Daur hidupnya ada 4-6 bulan, tetapi ada juga yang mencapai beberapa tahun.




 




Telurnya biasanya disisipkan dalam jaringan taaman. Mula-mula yang betina membuat lubang dengan moncongnya, kemudian telurnya dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuatnya itu dengan pygidium yang menyerupai ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Famili ini merupakan family terbesar, jumlahnya ± 40.000 jenis spesies




 




 




3.2.3  xystrocera festiva




 







Kerajaan:



Animalia







Filum:



Arthropoda







Kelas:



Insecta







Ordo:



Coleoptera







Famili:



Cerambycidae







Upafamili:



Cerambycinae







Bangsa:



Xystrocerini







Genus:



Xystrocera







Spesies:



Xystrocera festiva







 




Hama ini merupakan jenis hama yang termasuk pengebor batang, khususnya batang dari jenis leguminose. Kerusakan awal ditandai dari kulit pohon yang mengalami nekrosis dan menunjukkan adanya lubang yang berbentuk oval sebagai aktivitas pengeboran dari larva hama ini. Gejala selanjutnya adalah cabang dan batang akan mati. Jalan masuk hama pada batang akan tampak berwarna hitam dan kering.




Ciri larva hama ini berwarna kuning kecoklatan dan berukuran 5 cm, biasanya hidup secara berkelompok dan memakan kulit kayu, lapisan cambium, xylem, dan berdiam di bawah kulit kayu. Mendekati fase pupa, larva akan melubangi sebuah saluran sekitar 20 cm. Bahkan saluran yang di buat dapat sampai ke pembuluh xylem. Hama ini mulai menyerang tanaman Acacia sp. yang berymur 2 atau 3 tahun (Matsumoto 1994).




Daerah penyebaran hama ini adalah India (Assam), Myanmar, Vietnam utara, Laos, Indonesia (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) ((Kalshoven, 1981). X. festiva betina hanya dapat hidup selama 4 hari. Selama masa hidupnya yang singkat itu, hama ini mampu mendepositkan sekitar 200 telur. Telur yang dihasilkan hama ini berwarna hijau terang dan berbentuk oval (2×1 mm). Ukuran tubuh jantan dewasa 40,2 x 15 mm dan yang betina 29,71 x 7,3 mm (Kalshoven, 1981).




Untuk mengendalikan Xystrocera festiva, sesuai dengan tuntutan akan kelestarian lingkungan, diperlukan cara pengendalian yang selain efektif juga ramah lingkungan. Salah satunya adalah dengan menggunakan pestisida alami. Surian (Toona sisnensis Roem) merupakan jenis pohon yang memiliki banyak kegunaan, selain kayunya dipergunakan untuk bahan kontruksi, pertukangan, mebelair dan bahan perkapalan, pohon ini juga memiliki potensi lain karena mengandung senyawa yang dapat digunakan sebagai biopestisida bagi hama penggerek batang dari jenis Xystrocera festiva (Hidayat dan Kuvaini, 2005)




 




3.2.4  Bactocera sp




 




Filum                     : Artrhopoda




Kelas                     : insecta/Hexapoda




Ordo                      : Coleoptera




Famili                    : Cerambycidae




Genus                    : Batocera




Species                  : Hercules




Nama ilmiah          : Batocera Herules




Kumbang penggerek ini tergolong dalam keluarga/famili Cerambycidae. Uret/larva dari kumbang ini merusak  mangga dengan jalan mengerek cabang atau batang mangga dengan gejala pada tanaman mangga yang rusak berat dapat mengakibatkan mengeringnya ranting yang diikuti dengan patahnya cabang. Pada bekas lubang gerekan akan terlihat kotoran seperti serbuk gergaji berwarna coklat sampai hitam yang merupakan hasil gerekan larva penggerek cabang/batang. Selanjutnya cabang tersebut akan mati. Jika cabang yang sudah mati dibelah pada saluran gerekan tersebut sering kali digunakan sebagai tempat tinggal semut.




Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya. Memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali.




 




3.2.5  Kepik Pembunuh ( assasin bug )




 




Kingdom         : Animalia




Phylum            : Arthropoda




Class                : Insekta




Ordo                : Hemiptera




Famili              : Reduviidae




Genus              : Sycanus




Species            : Sycanus spp




 




Binatang ini termasuk serangga dari golongan kepik, sering disebut dengan nama Yellow Assassin Bug, mungkin karena warna tubuhnya yang didominanasi dengan warna kuning agak gelap dan sifat membunuh mangsanya. Ciri-ciri fisik (morfologi) binatang ini, selain dominasi warna kuning pada tubuhnya, adalah tungkai yang agak panjang jika dibandingkan dengan serangga hama sejenis (kepik). Jumlah tungkai (kaki) terdiri dari tiga pasang, di setiap persendiaannya terlihat berwarna hitam, begitu juga warna sayap dan caput (kepala).




 




Kepik pembunuh membunuh dengan cara yang agak mengerikan dengan menyuntikkan mereka dengan enzim dan kemudian mengisap bagian dalam mereka.Meskipun reputasi mereka menakutkan serangga sebenarnya cukup kecil berukuran hanya 1cm panjang.




 




Kepik predator ini sering dijumpai di pertanaman kelapa sawit, terutama yang banyak tumbuh tumbuhan paku, Nephrolepis sp.  Dalam perburuannya, kepik ini menangkap mangsa dengan tungkai depan, lalu menjulurkan alat mulut berupa stilet. Stilet kemudian ditusukkan ke tubuh mangsa untuk mengambil cairan di dalamnya, segera setelah itu, mangsa akan mati.




 




3.2.6  kepik penghisap buah kakao




 




Kingdom : Animalia




Phillum : Arthropoda




 Kelas : Insekta




 Ordo : Hemiptera




 Famili : Miridae




 Genus : Helopeltis




Spesies : Helopeltis antonii




 




 




Deskripsi Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi  jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15>15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan




 




secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula




 




 




3.2.7   kupu-kupu gajah




 




Kingdom         : Animalia




Filum               : Arthropoda




Kelas               : Insecta




Ordo                : Lepidoptera




Famili              : Saturniidae




Genus              : Attacus




Spesies            : Attacus atlas Linnaeus




Kupu-kupu gajah (Attacus atlas) adalah sejenis ngengat bertubuh besar yang menyebar luas di wilayah tropika dan subtropika Asia Tenggara; umum ditemukan di Kepulauan Nusantara[2]. Dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai Atlas moth.




Kupu-kupu gajah kerap dianggap sebagai ngengat yang terbesar di dunia[3], khususnya terkait luas permukaan sayap-sayapnya, yang mencapai 400 cm². Rentang sayapnya pun termasuk salah satu yang terlebar, hingga lebih dari 25 cm (10 in). Ngengat betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih berat daripada yang jantan.




Ulat keket Attacus atlas menghasilkan benang sutera, yang dijalinnya menjadi kokon untuk melindungi dirinya ketika menjadi kepompong. Sutera yang dihasilkannya, dikenal sebagai sutera liar atau sutera alam, dianggap memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sutera hasil peliharaan ulat Bombyx mori. Kain sutera liar ini lebih sejuk saat dipakai, tahan kusut, anti alergi, lebih halus, dan memiliki variasi warna eksklusif..  Di India, sutera ulat keket dikenal sebagai fagara.




Ulat keket atau ulat jedung ini juga dapat memakan pelbagai jenis daun tumbuhan. Di antaranya, yang biasa dijadikan pakan adalah daun tanaman dadap, gempol, keben, poncosudo, sirsak, alpukat dan senggugu (Clerodendron).




 




3.2.8  Ulat Artona




 




Kingdom        : Animalia




Phylum           : Arthropoda




Class               : Insecta




Order              : Lepidoptera




Family             : Aididae




Genus             : Artona




Spesies           : Artona catoxantha




 




Artona adalah hama pada tanaman kelapa yang berasal dari sejenis ulat bernama Artona catoxantha. Dijelaskan daur hidup artona mulai minggu pertama sampai minggu keenam, juga gejala serangannya yang disebabkan oleh larva (baru menetas, muda, dewasa). Pengendalian hama ini ada 3 cara, mekanis, biologis dan kimia (penyemprotan tanaman, penyuntikan pada batang, dan infus pada akar). Disertakan gambar daur hidup artona mulai dari larva sampai imago jantan, dan gambar cara penyuntikan pada batang serta infus melalui akar.




Ulat artona adalah salah satu hama penting bagi budidaya tanaman kelapa. Ulat yang tergolong dalam family Zyganidae dan ordo Lepidoptera ini hidup dengan melewati 4 fase dalam siklus metamorfosisnya, yakni telur, larva (ulat), kepompong, dan imago (serangga dewasa).
Telur, telur ulat antona berwarna kuning, berbentuk bulat lonjong, dengan panjang 2, 5 mm dan lebar 1,0 mm. Telur biasa diletakan oleh imago betina (kupu dewasa) di luka bekas gerekan kumbang Oryctes pada batang tanaman. Kumbang betina dapat bertelur sebanyak 500 butir setiap kali bereproduksi. Telur akan menetas menjadi larva pada usia 3 sd 4 hari setelah diletakan.




 




Larva, larva ulat antona berwana putih kekuning-kuningan, bening, berukuran panjang 11 mm. Di sepanjang punggungnya, tampak garis lebar yang berwarna hitam ungu. Kepala larva berwarna kuning kemerah-merahan dan bagian tubuh depan lebih besar dibandingkan bagian tubuh belakang. Larva akan menjadi kepompong setelah usia 17 sd 22 hari dari awal penetasannya.




 




Kepompong, kepompong ulat artona dibungkus selapis kulit (kokon) berwarna merah sawo matang. Panjang kepompong ini antara 12 sd 14 mm dengan diameter 6 sd 7 mm. Kepompong menjadi imago atau serangga dewasa pada usia 10 sd 12 hari.




 




Kupu artona, kupu artona berukuran panjang 10 sd 15 mm dengan jarak antar sayap (lebar) 13 sd 16 mm. Sayap biasanya berwarna hitam merah hingga hitam kecoklat-coklatan. Pada bagian kuduk, kupu ini memiliki semacam sisik berwarna kuning. Sisik tersebut juga ada pada bagian bawah dan pinggir sayapnya. Kupu artona duduk hingga dengan ke dua kakinya sepanjang hari. kupu ini duduk berjajar bersama sejenisnya pada anak daun kelapa yang menggantung atau pada pohon lain. Kupu hanya bergerak dan aktif pada pagi dan sore hari. kupu betina biasanya lebih aktif dengan mengitari beberapa pohon kelapa untuk mencari kupu jantan untuk dibuahi. Biasanya setelah dibuahi, 2 hari kemudian kupu betina akan bertelur dan meletakan telurnya pada lubang-lubang bekas gerekan Oryxtes.




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




IV.  KESIMPULAN




 




 




4.1  Serangga ordo coleoptera diantaranya kumbang tanduk, kumbang moncong, xystrocera, batocera sp, pada ordo hemiptera kepik pembunuh, kepik penghisap buah kakao, dan pada ordo Lepidoptera  kupu-kupu gajah dan ulat artona.




4.2  Serangga memiliki bagian-bagian inti diantaranya kepala-torak-abdumen.




4.3  fungsi serangga adalah sebagai predator dan juga sebagai parasit.




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




 




DAFTAR PUSTAKA




 




 




Hidayat, Y and A Kuvaini. 2005. The Keefektifan Ekstrak Daun Surian (Toona sinensis Roem) Dalam Pengendalian Larva Boktor (Xystrocera festiva Pascoe). Agrikultura 16: 133-136.




 




Rioardi.2009. Pertumbuhan Tiga Spesies Jangkrik Lokal yang Dibudidayakan pada Padat Penebaran dan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal Ilmiah Sainteks. Vol.14, No.3, 173-177.




 




Sutanto.2005. Taxonomy and phylogeny of termites. Di dalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M. Termites Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Dordecht: Kluwer Academic. hal: 1- 23.




 




Purba.2005. .Fundamental of Entomology.Ed. Ke-6. New Jersey: Pearson Educ.




 




Anonim. 1989. Xylosandrus compactus (insect,). http://www.issg.org. Diakses tanggal 13 Juni 2008




 




Saputra.2001. Perkembangan bakteri Pasteuria penetrans pada nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Jurnal Agroland. v. 6(1-2) p. 82-87.




 




Matsumoto.1994. Insect Pests and Diseases in Indonesian Forests: of the major threats, research efforts and literature. CIFOR, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar